PENERAPAN
PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL SILVER
UNTUK
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
PADA KONSEP
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Samadin; Ida Farida Ch; Ratih Pitasari
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
keterampilan generik siswa pada setiap tahapan pembelajaran inkuiri model
Silver pada konsep sifat koligatif larutan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas dengan
subjek peneliti sebanyak 40 siswa kelas XII IPA 1 SMAN 1 Tambelang. Instrumen
penelitian yang digunakan terdiri dari lembar kerja siswa (LKS), format
observasi dan test keterampilan generik sains siswa.. Data yang diolah
menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa
pada tahap mengamati, problem
posing-problem solving, menguji jawaban dan diskusi mendapat kategori
sangat baik. Hasil nilai rata-rata LKS dari semua tahapan mendapatkan
nilai rata-rata diatas nilai KKM (kriteria ketuntasan Minimum) yaitu 79 dengan
kategori baik. Nilai rata-rata tahapan tertinggi diperoleh dari tahap mengamati
yaitu 87 dengan kategori sangat baik dan nilai rata-rata tahapan terendah
diperoleh dari tahap diskusi yaitu 69
dengan kategor baik.
Kata kunci: Pembelajaran
inkuiri model silver, keterampilan generik sains, sifat koligatif Larutan
ABSTRACT
This reseach aimed to measure the students' generic skills at each
stage inquiry learning model of Silver at the concept of colligative properties
of the solution. The method used in this research is classroom research with research
subject as many as 40 students of class XII IPA 1 Senior High School Tambelang.
The research instrument used consisted of Student Worksheet, observation format
and science students' generic skills test. The data were processed using
descriptive statistics. Based on data analysis of student learning outcomes at
the stage of observing, problem-posing problem solving, test answers and
discussions got excellent category. The results of the average value Student
Worksheet of all the stages of getting above average values Minimum criteria
for completeness (KKM) is 79 with either category. The average value obtained
from the highest stage observed phase is 87 with excellent category and the
average value obtained from the lowest stages of the discussion stage is 69
with either category.
Keyworld: inquiry learning model of Silver, the students' generic skills,
colligative properties of the solution
A. PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) (Anshory,
2000:3). Beberapa peneliti mengidentifikasikan bahwa ilmu
kimia dianggap sebagai subjek abstrak dan sulit untuk dipelajari oleh banyak
siswa (Nieswandt, et. al. Dalam Onder
& Geban, 2006:166). Adanya alasan sulitnya konsep kimia adalah kurangnya
pemahaman konsep kimia secara utuh. Oleh karena
itu pentingnya menemukan pembelajaran kimia yang dapat mendukung belajar
bermakna (Onder & Geban, 2006:166).
Pembelajaran kimia di
Indonesia umumnya menuntut siswa untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep
dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini yang menyebabkan munculnya kejenuhan siswa
dalam belajar kimia, dengan demikian belajar seperti itu menyebabkan siswa
tidak mampu menerapkan konsep-konsp kimia
dalam kegiatan sehari-harinya, apalagi memiliki kompetensi yang
diharapkan dalam standar isi KTSP (Liliasari, 2007:1-2).
Oleh karena itu, untuk
menyelesaikan masalah tersebut maka siswa perlu memiliki keterampilan atau
kemampuan dalam berpikir kimia agar tercapainya suatu paradigma baru dalam
belajar kimia. Menurut Gallagher, 2007 (dalam Liliasari, 2007:2) mengemukakan
bahwa untuk mencapai paradigma baru dalam belajar kimia siswa perlu diberikan
sejumlah pengalaman untuk menguasai kimia dan membimbing mereka dalam menggunakan
pengetahuan kimianya.
Salah satu keterampilan
berpikir kimia adalah keterampilan generik sains. Keterampilan generik kimia adalah kemampuan berpikir dan
bertindak berdasarkan pengetahuan kimia yang dimilikinya
(Liliasari, 2007:3). Menurut Brotosiswoyo,
2001 (dalam Sunyono,
2009:8) Kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat
dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat-asas; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep.
Salah satu materi yang
dapat digunakan untuk mengembangkan
keterampilan generik sains siswa adalah sifat koligatif larutan.
Liliasari (2007:7) mengemukakan bahwa hubungan antara konsep sifat koligatif
larutan, penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku
dapat dipelajari dengan mengembangkan keterampilan generik sains siswa seperti
pengamatan langsung/tak langsung, hukum sebab akibat, pemodelan matematik,
membangun konsep dan bahasa simbolik.
Berdasarkan wawancara
terhadap guru kimia dan beberapa siswa kelas XII SMAN 1 Tambelang, diketahui
bahwa dalam pembelajaran sifat koligatif larutan cenderung menggunakan metode
ceramah sehingga siswa lebih fokus dalam penguasaan konsep dan
perhitungan-perhitungan. Dengan demikian di sekolah tersebut belum dikembangkan
keterampilan generik sains yang lain pada konsep sifat koligatif larutan,
terutama dengan menggunakan praktikum.
Oleh karena itu, perlu
diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan
generik sains pada konsep sifat koligatif larutan. Salah satunya dengan
menggunakan pembelajaran inkuiri model Silver. Pembelajaran inkuiri model
Silver ini diharapkan mampu mengembangkan keterampilan generik sains yang
dimiliki siswa sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya.
Hal tersebut sesuai dengan tahapan pembelajaran inkuiri model Silver yang
memiliki tahapan 1) mengamati; 2) menentukan masalah (problem posing); 3) memecahkan masalah (problem solving); 4) menguji jawaban; 5) diskusi. Pada
tahapan-tahapan tersebut amatlah mungkin dalam mengembangkan keterampilan
generik sains siswa pada konsep sifat koligatif larutan.
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengembangan keterampilan generik sains siswa untuk setiap
tahap pembelajaran inkuiri model Silver.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keterampilan generik siswa pada setiap
tahapan pembelajaran inkuiri model Silver pada konsep sifat koligatif larutan
B.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kelas. Metode ini dipakai karena sesuai dengan kebutuhan
peneliti yaitu untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai perkembangan siswa dan hasilnya akan
dideskripsikan. Perkembangan yang ingin dideskripsikan dalam hal ini adalah perkembangan keterampilan generik sains siswa pada
konsep sifat koligatif larutan dalam pembelajaran inkuiri model silver. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 1 di SMAN 1 Tambelang yang berjumlah
40 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.
Pada penerapan pembelajaran
inkuiri model silver ini siswa dibagi ke dalam kelompok yang heterogen
berdasarkan nilai ulangan semester sebelumnya dengan menggunakan rumus standar
deviasi. Penerapan model ini meliputi empat tahapan yaitu, mengamati, problem posing - problem solving, menguji
jawaban dan diskusi
Tahap pertama (mengamati),
pada tahap ini siswa ditugaskan untuk melakukan
praktikum. Hal yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dapat membangun pemahaman
konsep prasyarat dari konsep sifat koligatif larutan, siswa diberikan LKS mengenai
praktikum sifat koligatif untuk kemudian dilengkapi berdasarkan data hasil
pengamatan yang ia peroleh dari praktikum.
Tahap kedua (problem possing-problem solving), pada
tahap ini siswa pada masing-masing kelompoknya dituntut untuk menemukan masalah
dari praktikum yang telah dilakukan untuk kemudian memecahkan masalah yang ada berdasarkan
pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya.
Tahapan ketiga (menguji
jawaban), pada tahap ini siswa mencoba untuk mencocokan hasil pemecahan
masalahan yang telah mereka dapat dengan
teori-teori yang ada dan mendukung dengan bimbingan dari guru.
Tahapan keempat (diskusi),
pada tahap ini siswa melakukan diskusi mengenai informasi yang mereka peroleh,
masalah yang ada dan pemecahan masalah yang dilakukan kepada kelompok lainnya.
Selama penelitian berlangsung, peneliti
bersama observer melakukan observasi terhadap jalannya penelitian, aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan model ini dan kemampuan psikomotor
siswa. Akhir kegiatan ini, peneliti memberikan angket untuk mengetahui tanggapan
siswa berkaitan dengan hasil belajar siswa pada konsep sifat koligatif larutan
dengan menggunakan pembelajaran inkuiri model silver.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
penelitian
Keterampilan generik sains siswa setelah pembelajaran inkuiri
model silver dapat diketahui dari tes keterampilan generik generik setelah
pembelajaran selesai. Analisis keterampilan generik sains siswa dilakukan
berdasarkan kelompok prestasi siswa. Perkembangan keterampilan generik sains
siswa setelah pembelajaran inkuiri model silver tertuang pada tabel 1.1.
Tabel
1.1
Nilai Rata-rata Pencapaian
KGS Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
No.
|
Kelompok
|
Indikator
KGS
|
Rata-rata
|
|||
Pengamatan tak langsung
|
Hukum sebab akibat
|
Bahasa simbolik
|
Pemodelan matematik
|
|||
1
|
Tinggi
|
92
|
83
|
94
|
86
|
89
|
2
|
Sedang
|
89
|
86
|
90
|
68
|
83
|
3
|
Rendah
|
87
|
58
|
100
|
70
|
79
|
Rata-rata
|
89
|
76
|
95
|
75
|
84
|
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa keterampilan generik
sains pada indikator bahasa simbolik memiliki nilai terbesar dibandingkan
dengan indikator yang lain, yaitu dengan nilai rat-rata 95. Sedangkan indikator
pemodelan matematik mendapatkan nilai rata-rata terendah dengan nilai 75. Dari
tabel 1 diatas, nilai tes keterampilan generik sains setelah pembelajaran
inkuiri model silver berdasarkan kelompok prestasi dapat digambarkan ke dalam
bentuk grafik 1.1 berikut:
Grafik 1.1 Nilai
Rata-rata Pencapaian
KGS Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
Adapun untuk sebaran siswa pada tiap indikator pada tes keterampilan
generik sains dibagi menjadi tiga kelompok kategori siswa.
Kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Pengelompokan ini
berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran kimia pada materi sebelumnya. Selanjutnya tes hasil belajar siswa ini dianalisis pada
setiap indikatornya. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 1.2. berikut ini :
Tabel 1.2
Nilai Rata-rata Pencapaian
KGS Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
No.
|
Kelompok
|
Indikator KGS
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
1
|
Tinggi
|
92
|
83
|
94
|
86
|
89
|
2
|
Sedang
|
89
|
86
|
90
|
68
|
83
|
3
|
Rendah
|
87
|
58
|
100
|
70
|
79
|
Rata-rata
|
89
|
76
|
95
|
75
|
84
|
Keterangan:
Indikator
I : Pengamatan tak langsung
Indikator
II : Hukum sebab akibat
Indikator
III : Bahasa simbolik
Indikator
IV : Pemodelan matematik
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, nilai rata-rata tertinggi
terdapat pada indikator pengamatan tak langsung dengan nilai 89. Sedangkan
nilai terendah terdapat pada indikator pemodelan matematik dengan nilai 75.
Secara keseluruhan, nilai rata-rata tiap tahap pembelajaran inkuiri model
Silver sudah sangat baik dengan nilai 84.
Adapun hasil analisis tiap indikatornya berdasarkan
sebaran siswa pada kelompok prestasi sebagai berikut:
a.
Indikator pengamatan
tak langsung pada kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan
Nilai sebaran siswa
pada indikator pengamatan tak langsung pada kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku larutan dapat dilihat pada Tabel 1.3 Berikut ini:
Tabel
1.3 Sebaran siswa pada indikator pengamatan tak langsung
Kelompok siswa
|
Sebaran siswa pada
setiap kategori kemampuan (%)
|
||||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Sangat Kurang
|
|
Tinggi
|
67
|
33
|
-
|
-
|
-
|
Sedang
|
64
|
32
|
8
|
-
|
-
|
rendah
|
50
|
50
|
-
|
-
|
Berdasarkan Tabel 1.3 di
atas, diketahui bahwa sebaran siswa pada kelompok tinggi berada pada kategori
sangat baik, menyebar pada kategori baik.Siswa sedang sebagian besar berada
pada kategori sangat baik, menyebar pada kategori baik.
b.
Indikator menjelaskan
perbedaan titik didih larutan
Nilai sebaran pada indikator menjelaskan perbedaan titik
didih suatu larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat dilihat pada Tabel 1.4
berikut ini:
Tabel
1.4 Sebaran siswa pada indikator menjelaskan perbedaan titik didih larutan
Kelompok siswa
|
Sebaran siswa pada
setiap kategori kemampuan (%)
|
||||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Sangat Kurang
|
|
Tinggi
|
89
|
11
|
0
|
0
|
0
|
Sedang
|
52
|
40
|
8
|
0
|
0
|
rendah
|
17
|
17
|
49
|
17
|
0
|
Berdasarkan
Tabel 1.4 di atas, diketahui bahwa sebaran siswa pada kelompok tinggi berada
pada kategori sangat baik menyebar pada kategori baik. Sedangkan kelompok
sedang berada pada kategori sangat baik menyebar pada kategori baik dan cukup. Pada kelompok
bawah, sebaran siswa berada pada kategori cukup menyebar pada kategori sangat
baik, baik dan cukup.
c.
Indikator mengurutkan
larutan berdasarkan titik didih terendah sampai tertinggi
Nilai sebaran pada indikator menentukan larutan yang
memiliki titik didih tertendah hingga yang tertinggi berdasarkan sub indikator
KGS bahasa simbolik dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut ini:
Tabel
1.5 Sebaran siswa pada indikator mengurutkan
Kelompok siswa
|
Sebaran siswa pada
setiap kategori kemampuan (%)
|
||||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Sangat Kurang
|
|
Tinggi
|
44
|
44
|
12
|
0
|
0
|
Sedang
|
80
|
0
|
20
|
0
|
0
|
Rendah
|
100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Berdasarkan Tabel 1.5 di atas, sebaran siswa pada
kelompok tinggi berada pada kategori sangat baik dan baik.Menyebar pada
kategori cukup. Sebaran siswa pada kategori baik dan sangat baik sama banyaknya
dengan 44 % sebaran.
d.
Indikator menghitung
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan elektrolit dan
non-elektrolit
Nilai sebaran pada indikator menghitung kenaikan titik
didih dan penurunan titik beku suatu larutan elektrolit dan non-elektrolit
dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut ini:
Tabel
1.6 Sebaran siswa pada indikator menghitung kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku larutan elektrolit dan non-elektrolit
Kelompok siswa
|
Sebaran siswa pada
setiap kategori kemampuan (%)
|
||||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Sangat Kurang
|
|
Tinggi
|
44
|
44
|
12
|
0
|
0
|
Sedang
|
80
|
0
|
20
|
0
|
0
|
rendah
|
100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Berdasarkan
Tabel 1.6 di atas, sebaran siswa pada kelopmpok tinggi berada pada kategori
sangat baik dan baik, sedangkan kelompok sedang berada pada kategori sangat
baik menyebar pada kategori cukup. Pada kelompok rendah, sebaran siswa
seluruhnya berada pada kategori sangat baik.
2.
Pembahasan
Hasil keterampilan generik sains setelah pembelajaran dapat dilihat berdasarkan
indikator-indikator soal tes keterampilan generik sains. Keterampilan generiks
sains siswa yang pertama yaitu pada indikator pengamatan tak langsung. Pada
indikator tersebut, keterampilan generik sains siswa kelompok tinggi memperoleh
nilai rata-rata 98 dengan predikat amat baik, kelompok sedang memperoleh nilai
rata-rata 90 dengan predikat sanagat baik dan kelompok rendah memperoleh nilai
95 dengan predikat sangat baik.
Pencapaian nilai yang sangat baik ini disebabkan karena pada tahap ini
hampir seluruh siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan pengamatan, baik secara
individu maupun berkelompok. Kelompok rendah memperoleh nilai yang lebih tinggi
dari kelompok sedang, hal tersebut terjadi karena kelompok rendah lebih mudah
memahami pembelajaran dengan melakukan praktikum. Sementara kelompok sedang
lebih mengandalkan logikanya. Selain itu, kegiatan pengamatan langsung dan
pengamatan tidak langsung merupakan kategori kegiatan yang mudah untuk
dilakukan. Hal tersebut diperkuat oleh Brotosiswojo (2001:5)
yang menyatakan bahwa keterampilan generik untuk pengamatan langsung dan
tak langsung yang termasuk kategori mudah
dikuasai.
Pada tes keterampilan pengamatan tak langsung, siswa mampu mengamati
grafik hubungan suhu dan tekanan dengan amat baik, sehingga berdampak pada hasil test yang memperoleh
nilai rata-rata 94. Hal inipun sesuai dengan perolehan rata-rata nilai
indikator LKS pada tahapan mengamati yang memiliki nilai tertinggi yaitu 94.
Keterampilan generik sains yang kedua yaitu pada indikator hukum sebab
akibat.Pada indikator tersebut, keterampilan generik sains siswa kelompok
tinggi memperoleh nilai rata-rata 85 dengan predikat amat baik.Kelompok sedang
memperoleh nilai rata-rata 77 dengan predikat baik, sedangkan kelompok rendah
memperoleh nilai rata-rata 70 dengan predikat baik.
Pada test keterampilan generik sains indikator hukum sebab akibat, siswa
dituntut untuk menjelaskan perbedaan titik didih dan titik beku suatu larutan
elektrolit dan non-elektrolit. Siswa kelompok tinggi lebih berhasil dalam
menjawab soal-soal indikator ini. Hal tersebut karena pengetahuan siswa
kelompok tinggi yang lebih baik dari kelompok sedang ataupun kelompok bawah.
Pencapaian hasil belajar pada indikator hukum sebab akibat jauh lebih
kecil dari indikator pengamatan tak langsung. Hal tersebut karena indikator ini
menuntut siswa untuk berpikir lebih keras dalam menemukan suatu masalah yang
ada untuk kemudian dicari solusi mengenai permasalahan tersebut bersama-sama. Dengan
demikian, hanya siswa kelompok tinggi yang cenderung mampu mengatasinya.
Wasilah dkk. (dalam Puspitasari dan Permanasari, 2012:8) mengemukakan bahwa
meskipun siswa mampu memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, namun siswa
belum mampu mengembangkan keterampilan untuk mentransfer pemahaman yang dimilikinya
dalam memecahkan suatu masalah. Hal ini karena siswa perlu mentransfer
pengetahuan yang dimilikinya kedalam konteks kehidupan sehari-hari.
Keterampilan generik sains yang ketiga yaitu menggunakan bahasa simbolik.
Pada indikator ini keterampilan generik kelompok tinggi memperoleh nilai
rata-rata 94 dengan predikat sangat baik, sedangkan kelompok sedang memperoleh
nilai rata-rata 90 dengan predikat sangat baik.Adapun kelompok bawah memperoleh
nilai 100 dengan predikat sangat baik.Secara keseluruhan, indikator penguasaan
bahasa simbolik dapat dipahami oleh sebagian besar siswa. Hal ini ditunjukan
dengan nilai rata-rata indikator ini yang mencapai nilai rata-rata 93. Pada
test keterampilan bahasa simbolik, siswa dituntut untuk menentukan larutan yang
memiliki titik beku yang tertinggi hingga yang terendah.
Berdasarkan data tersebut, kelompok bawah memiliki nilai rata-rata lebih
besar dari kelompok sedang dan kelompok tinggi. Hal ini disebabkan karena
kelompok rendah lebih antusias dalam melakukan praktikum, terbukti dari nilai
LKS yang tinggi pada kelompok rendah pada tahap mengamati. Dengan demikian,
pemahaman yang didapat dari praktikum oleh kelompok rendah tidak mudah hilang
dan mampu diterapkan ke pemahaman yang lain. Hal tersebut sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Rustaman (2005:78) yang menyatakan bahwa belajar dengan
pengamatan melalui praktikum siswa akan menjadi lebih yakin akan suatu hal dari
pada hanya menerima dari buku dan guru, menambah pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
Test keterampilan generik terakhir yang diukur adalah keterampilan
pemodelan matematik. Pada test keterampilan ini siswa dituntut agar mampu
menggunakan pemodelan matematik yang berupa rumus-rumus dalam menentukan suatu
kepastian dari suatu fenomena. Berdasarkan hasil test keterampilan pemodelan
matematik, siswa kelompok tinggi mendapatkan nilai rata-rata yang tertinggi
dari kelompok rendah dan sedang. Sementara kelompok rendah memiliki nilai
rata-rata yang lebih baik dari kelompok sedang. Hal ini terjadi karena kelompok
sedang cenderung jenuh dalam menghadapi soal-soal yang berhubungan dengan rumus
matematik, sehingga dalam mengerjakan soal test keterampilan pemodelan
matematik siswa mengerjakannya secara tidak maksimal. Berbeda dengan kelompok
bawah, kelompok bawah sudah termotivasi
dari kegiatan awal. Secara tidak langsung, tahapan kegiatan pembelajaran
inkuiri modle Silver mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep sifat
koligatif larutan. Hal yang tadinya siswa cenderung disajikan dengan
perhitungan-perhitungan, tetapi dengan pembelajaran inkuiri model Silver siswa
diarahkan bagaimana cara mengemukakan mengapa terjadi kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku serta bagaimana menghitung kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku berdasarkan praktikum yang telah mereka lakukan. Dengan
demikian siswa tidak lantas menganggap pembelajarn kimia itu cenderung sulit,
karena sudah terlebih dahulu diarahkan ke pembelajaran yang membuat siswa lebih
aktif dan terhindar dari kejenuhan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh Wardani (2007:195) yang menyatakan bahwa penggunaan
pembelajaran inkuiri Silver lebih mengembangkan kemampuan kreativitas dan
pemecahan masalah matematika pada siswa kelompok yang kurang.
Berdasarkan penjelasan
hasil keterampilan generik sains siswa setelah pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah indikator bahasa simbolik dan yang memiliki nilai
terendah adalah indikator pemodelan matematik. Hal tersebut terjadi karena
ranah kognitif pada indikator setiap soal memiliki kesukaran yang berbeda. Pada
Indikator pemodelan matematik siswa memiliki nilai rata-rata terendah sedangkan
indikator bahasa simbolik siswa memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal
tersebut terjadi karena tingkatan ranah kognitif dari indikator yang digunakan
dalam soal berbeda. Pada soal indikator pemodelan matematik, indikator yang
digunakan adalah indikator penerapan/aplikasi dengan dimensi pengetahuan
prosedural sehingga siswa lebih dituntut untuk mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki berupa penyelesaian soal-soal perhitungan. Sedangkan untuk indikator
bahasa simbolik indikator yang digunakan adalah indikator penerapan dengan
dimensi konseptual sehingga siswa hanya dituntut untuk dapat menggunakan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip serta teori yang telah siswa ketahui
(Anderson & Krathwohl 2001, dalam Wulan 2009:2-7)
D.
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil
penelitian dan pembahasan mengenai
penerapan pembelajaran inkuiri midel Silver terhadap konsep sifat koligatif
larutan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan genereik sains siswa setelah pembelajaran inkuiri model
Silver berdasarkan kelompok prestasi termasuk sangat baik dengan nilai 84.
Keterampilan generik sains yang memperoleh nilai tertinggi adalah indikator
bahasa simbolik dan yang terendah adalah indikator pemodelan matematik.
DAFTAR PUSTAKA
Ana Ratna Wulan, 2009. Taksonomi
Bloom Revisi. Bandung: PMIPA UPI
Brotosiswoyo,
B.S., dkk.. 2001. Hakekat pembelajaran
MIPA di perguruan tinggi. Jakarta: PAU-PPAI
Liliasari,
et.al. 2007. Scientific Concept and
Generic Science Skill Relationship in the 21st Century Science
Education. Bandung: SPS UPI
Onder
& Geban. 2006. ThE Effect of
Conceptual Change Texts oriented Intruction on Student’s Understanding of The
Solubility Equilibrium Concept. Ankara: Haccetepe Universitesi Journal of Education.
Vol.30. 166-177.
Pursitasari, Permanasari (2012). Analisis Pemahaman Konsep Dan Kesulitan Mahasiswa
Untuk Pengembangan Program Perkuliahan Dasar-Dasar Kimia Analitik Berbasis
Problem Solving. Jurnal Pendidikan IPA. http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii.
Sunyono, 2009. Pembelajaran IPA
dengan Keterampilan Generik Sains. Lampung: FKIP UNLA
Wardani,
S. 2009. Pembelajaran Inkuri Model Silver untuk Mengembangkan Kreativitas
dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Desertasi
UPI: Tidak diterbitkan.