Pages

Rabu, 31 Oktober 2012

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL SILVER UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA KONSEP SIFAT KOLIGATIF LARUTAN



PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL SILVER
UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
PADA KONSEP SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Samadin; Ida Farida Ch; Ratih Pitasari
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2012

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keterampilan generik siswa pada setiap tahapan pembelajaran inkuiri model Silver pada konsep sifat koligatif larutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas dengan subjek peneliti sebanyak 40 siswa kelas XII IPA 1 SMAN 1 Tambelang. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar kerja siswa (LKS), format observasi dan test keterampilan generik sains siswa.. Data yang diolah menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa pada tahap mengamati, problem posing-problem solving, menguji jawaban dan diskusi mendapat kategori sangat baik. Hasil nilai rata-rata LKS dari semua tahapan mendapatkan nilai rata-rata diatas nilai KKM (kriteria ketuntasan Minimum) yaitu 79 dengan kategori baik. Nilai rata-rata tahapan tertinggi diperoleh dari tahap mengamati yaitu 87 dengan kategori sangat baik dan nilai rata-rata tahapan terendah diperoleh dari tahap diskusi  yaitu 69 dengan kategor  baik.
Kata kunci: Pembelajaran inkuiri model silver, keterampilan generik sains, sifat koligatif  Larutan

ABSTRACT
This reseach aimed to measure the students' generic skills at each stage inquiry learning model of Silver at the concept of colligative properties of the solution. The method used in this research is classroom research with research subject as many as 40 students of class XII IPA 1 Senior High School Tambelang. The research instrument used consisted of Student Worksheet, observation format and science students' generic skills test. The data were processed using descriptive statistics. Based on data analysis of student learning outcomes at the stage of observing, problem-posing problem solving, test answers and discussions got excellent category. The results of the average value Student Worksheet of all the stages of getting above average values Minimum criteria for completeness (KKM) is 79 with either category. The average value obtained from the highest stage observed phase is 87 with excellent category and the average value obtained from the lowest stages of the discussion stage is 69 with either category.
Keyworld: inquiry learning model of Silver, the students' generic skills, colligative properties of the solution


A.    PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) (Anshory, 2000:3). Beberapa peneliti mengidentifikasikan bahwa ilmu kimia dianggap sebagai subjek abstrak dan sulit untuk dipelajari oleh banyak siswa (Nieswandt, et. al. Dalam Onder & Geban, 2006:166). Adanya alasan sulitnya konsep kimia adalah kurangnya pemahaman konsep kimia secara utuh. Oleh karena  itu pentingnya menemukan pembelajaran kimia yang dapat mendukung belajar bermakna (Onder & Geban, 2006:166).
Pembelajaran kimia di Indonesia umumnya menuntut siswa untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini yang menyebabkan munculnya kejenuhan siswa dalam belajar kimia, dengan demikian belajar seperti itu menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan konsep-konsp kimia  dalam kegiatan sehari-harinya, apalagi memiliki kompetensi yang diharapkan dalam standar isi KTSP (Liliasari, 2007:1-2).
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut maka siswa perlu memiliki keterampilan atau kemampuan dalam berpikir kimia agar tercapainya suatu paradigma baru dalam belajar kimia. Menurut Gallagher, 2007 (dalam Liliasari, 2007:2) mengemukakan bahwa untuk mencapai paradigma baru dalam belajar kimia siswa perlu diberikan sejumlah pengalaman untuk menguasai kimia dan membimbing mereka dalam menggunakan pengetahuan kimianya.
Salah satu keterampilan berpikir kimia adalah keterampilan generik sains. Keterampilan generik kimia adalah kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan kimia yang dimilikinya (Liliasari, 2007:3).       Menurut Brotosiswoyo, 2001 (dalam Sunyono, 2009:8) Kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat-asas; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep.
Salah satu materi yang dapat digunakan untuk mengembangkan  keterampilan generik sains siswa adalah sifat koligatif larutan. Liliasari (2007:7) mengemukakan bahwa hubungan antara konsep sifat koligatif larutan, penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dapat dipelajari dengan mengembangkan keterampilan generik sains siswa seperti pengamatan langsung/tak langsung, hukum sebab akibat, pemodelan matematik, membangun konsep dan bahasa simbolik.
Berdasarkan wawancara terhadap guru kimia dan beberapa siswa kelas XII SMAN 1 Tambelang, diketahui bahwa dalam pembelajaran sifat koligatif larutan cenderung menggunakan metode ceramah sehingga siswa lebih fokus dalam penguasaan konsep dan perhitungan-perhitungan. Dengan demikian di sekolah tersebut belum dikembangkan keterampilan generik sains yang lain pada konsep sifat koligatif larutan, terutama dengan menggunakan praktikum.
Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan generik sains pada konsep sifat koligatif larutan. Salah satunya dengan menggunakan pembelajaran inkuiri model Silver. Pembelajaran inkuiri model Silver ini diharapkan mampu mengembangkan keterampilan generik sains yang dimiliki siswa sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya. Hal tersebut sesuai dengan tahapan pembelajaran inkuiri model Silver yang memiliki tahapan 1) mengamati; 2) menentukan masalah (problem posing); 3) memecahkan masalah (problem solving); 4) menguji jawaban; 5) diskusi. Pada tahapan-tahapan tersebut amatlah mungkin dalam mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada konsep sifat koligatif larutan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan keterampilan generik sains siswa untuk setiap tahap pembelajaran inkuiri model Silver.  Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keterampilan generik siswa pada setiap tahapan pembelajaran inkuiri model Silver pada konsep sifat koligatif larutan

B.     METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas. Metode ini dipakai karena sesuai dengan kebutuhan peneliti yaitu untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai perkembangan siswa dan hasilnya akan dideskripsikan. Perkembangan yang ingin dideskripsikan dalam hal ini adalah perkembangan keterampilan generik sains siswa pada konsep sifat koligatif larutan dalam pembelajaran inkuiri model silver. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 1 di SMAN 1 Tambelang yang berjumlah 40 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.
Pada penerapan pembelajaran inkuiri model silver ini siswa dibagi ke dalam kelompok yang heterogen berdasarkan nilai ulangan semester sebelumnya dengan menggunakan rumus standar deviasi. Penerapan model ini meliputi empat tahapan yaitu, mengamati, problem posing - problem solving, menguji jawaban dan diskusi
Tahap pertama (mengamati), pada tahap ini siswa ditugaskan untuk  melakukan praktikum. Hal yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dapat membangun pemahaman konsep prasyarat dari konsep sifat koligatif larutan, siswa diberikan LKS mengenai praktikum sifat koligatif untuk kemudian dilengkapi berdasarkan data hasil pengamatan yang ia peroleh dari praktikum.
Tahap kedua (problem possing-problem solving), pada tahap ini siswa pada masing-masing kelompoknya dituntut untuk menemukan masalah dari praktikum yang telah dilakukan untuk kemudian memecahkan masalah yang ada berdasarkan pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya.
Tahapan ketiga (menguji jawaban), pada tahap ini siswa mencoba untuk mencocokan hasil pemecahan masalahan yang telah mereka dapat  dengan teori-teori yang ada dan mendukung dengan bimbingan dari guru.
Tahapan keempat (diskusi), pada tahap ini siswa melakukan diskusi mengenai informasi yang mereka peroleh, masalah yang ada dan pemecahan masalah yang dilakukan kepada kelompok lainnya.
Selama penelitian berlangsung, peneliti bersama observer melakukan observasi terhadap jalannya penelitian, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model ini dan kemampuan psikomotor siswa. Akhir kegiatan ini, peneliti memberikan angket untuk mengetahui tanggapan siswa berkaitan dengan hasil belajar siswa pada konsep sifat koligatif larutan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri model silver.


C.       HASIL DAN PEMBAHASAN
1.             Hasil penelitian
Keterampilan generik sains siswa setelah pembelajaran inkuiri model silver dapat diketahui dari tes keterampilan generik generik setelah pembelajaran selesai. Analisis keterampilan generik sains siswa dilakukan berdasarkan kelompok prestasi siswa. Perkembangan keterampilan generik sains siswa setelah pembelajaran inkuiri model silver tertuang pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Pencapaian KGS Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
No.
Kelompok
Indikator KGS
Rata-rata
Pengamatan tak langsung
Hukum sebab akibat
Bahasa simbolik
Pemodelan matematik
1
Tinggi
92
83
94
86
89
2
Sedang
89
86
90
68
83
3
Rendah
87
58
100
70
79
Rata-rata
89
76
95
75
84

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa keterampilan generik sains pada indikator bahasa simbolik memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan indikator yang lain, yaitu dengan nilai rat-rata 95. Sedangkan indikator pemodelan matematik mendapatkan nilai rata-rata terendah dengan nilai 75. Dari tabel 1 diatas, nilai tes keterampilan generik sains setelah pembelajaran inkuiri model silver berdasarkan kelompok prestasi dapat digambarkan ke dalam bentuk grafik 1.1 berikut:
Grafik 1.1 Nilai Rata-rata Pencapaian KGS Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
Adapun untuk sebaran siswa pada tiap indikator pada tes keterampilan generik sains dibagi menjadi tiga kelompok kategori siswa. Kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Pengelompokan ini berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran kimia pada materi sebelumnya. Selanjutnya tes hasil belajar siswa ini dianalisis pada setiap indikatornya. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 1.2. berikut ini :
Tabel 1.2 Nilai Rata-rata Pencapaian KGS Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
No.
Kelompok
Indikator KGS
Rata-rata
I
II
III
IV
1
Tinggi
92
83
94
86
89
2
Sedang
89
86
90
68
83
3
Rendah
87
58
100
70
79
Rata-rata
89
76
95
75
84
       Keterangan:
       Indikator I  : Pengamatan tak langsung
       Indikator II  : Hukum sebab akibat
       Indikator III : Bahasa simbolik
       Indikator IV : Pemodelan matematik

            Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, nilai rata-rata tertinggi terdapat pada indikator pengamatan tak langsung dengan nilai 89. Sedangkan nilai terendah terdapat pada indikator pemodelan matematik dengan nilai 75. Secara keseluruhan, nilai rata-rata tiap tahap pembelajaran inkuiri model Silver sudah sangat baik dengan nilai 84.
            Adapun hasil analisis tiap indikatornya berdasarkan sebaran siswa pada kelompok prestasi sebagai berikut:
a.         Indikator pengamatan tak langsung pada kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan
Nilai sebaran siswa pada indikator pengamatan tak langsung pada kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan dapat dilihat pada Tabel 1.3 Berikut ini:
Tabel 1.3 Sebaran siswa pada indikator pengamatan tak langsung
Kelompok siswa
Sebaran siswa pada setiap kategori kemampuan (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Tinggi
67
33
-
-
-
Sedang
64
32
8
-
-
rendah
50
50
-
-


Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, diketahui bahwa sebaran siswa pada kelompok tinggi berada pada kategori sangat baik, menyebar pada kategori baik.Siswa sedang sebagian besar berada pada kategori sangat baik, menyebar pada kategori baik.
b.        Indikator menjelaskan perbedaan titik didih larutan
            Nilai sebaran pada indikator menjelaskan perbedaan titik didih suatu larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini:
Tabel 1.4 Sebaran siswa pada indikator menjelaskan perbedaan titik didih larutan
Kelompok siswa
Sebaran siswa pada setiap kategori kemampuan (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Tinggi
89
11
0
0
0
Sedang
52
40
8
0
0
rendah
17
17
49
17
0

Berdasarkan Tabel 1.4 di atas, diketahui bahwa sebaran siswa pada kelompok tinggi berada pada kategori sangat baik menyebar pada kategori baik. Sedangkan kelompok sedang berada pada kategori sangat baik menyebar  pada kategori baik dan cukup. Pada kelompok bawah, sebaran siswa berada pada kategori cukup menyebar pada kategori sangat baik, baik dan cukup.
c.         Indikator mengurutkan larutan berdasarkan titik didih terendah sampai tertinggi
            Nilai sebaran pada indikator menentukan larutan yang memiliki titik didih tertendah hingga yang tertinggi berdasarkan sub indikator KGS bahasa simbolik dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut ini:
Tabel 1.5 Sebaran siswa pada indikator mengurutkan
Kelompok siswa
Sebaran siswa pada setiap kategori kemampuan (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Tinggi
44
44
12
0
0
Sedang
80
0
20
0
0
Rendah
100
0
0
0
0

            Berdasarkan Tabel 1.5 di atas, sebaran siswa pada kelompok tinggi berada pada kategori sangat baik dan baik.Menyebar pada kategori cukup. Sebaran siswa pada kategori baik dan sangat baik sama banyaknya dengan 44 % sebaran.
d.        Indikator menghitung kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan elektrolit dan non-elektrolit
            Nilai sebaran pada indikator menghitung kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut ini:
Tabel 1.6 Sebaran siswa pada indikator menghitung kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan elektrolit dan non-elektrolit
Kelompok siswa
Sebaran siswa pada setiap kategori kemampuan (%)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Tinggi
44
44
12
0
0
Sedang
80
0
20
0
0
rendah
100
0
0
0
0

Berdasarkan Tabel 1.6 di atas, sebaran siswa pada kelopmpok tinggi berada pada kategori sangat baik dan baik, sedangkan kelompok sedang berada pada kategori sangat baik menyebar pada kategori cukup. Pada kelompok rendah, sebaran siswa seluruhnya berada pada kategori sangat baik.
2.             Pembahasan
Hasil keterampilan generik sains setelah pembelajaran dapat dilihat berdasarkan indikator-indikator soal tes keterampilan generik sains. Keterampilan generiks sains siswa yang pertama yaitu pada indikator pengamatan tak langsung. Pada indikator tersebut, keterampilan generik sains siswa kelompok tinggi memperoleh nilai rata-rata 98 dengan predikat amat baik, kelompok sedang memperoleh nilai rata-rata 90 dengan predikat sanagat baik dan kelompok rendah memperoleh nilai 95 dengan predikat sangat baik.
Pencapaian nilai yang sangat baik ini disebabkan karena pada tahap ini hampir seluruh siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan pengamatan, baik secara individu maupun berkelompok. Kelompok rendah memperoleh nilai yang lebih tinggi dari kelompok sedang, hal tersebut terjadi karena kelompok rendah lebih mudah memahami pembelajaran dengan melakukan praktikum. Sementara kelompok sedang lebih mengandalkan logikanya. Selain itu, kegiatan pengamatan langsung dan pengamatan tidak langsung merupakan kategori kegiatan yang mudah untuk dilakukan. Hal tersebut diperkuat oleh Brotosiswojo  (2001:5)   yang menyatakan bahwa keterampilan generik untuk pengamatan langsung dan tak langsung yang termasuk kategori mudah  dikuasai.
Pada tes keterampilan pengamatan tak langsung, siswa mampu mengamati grafik hubungan suhu dan tekanan dengan amat baik, sehingga  berdampak pada hasil test yang memperoleh nilai rata-rata 94. Hal inipun sesuai dengan perolehan rata-rata nilai indikator LKS pada tahapan mengamati yang memiliki nilai tertinggi yaitu 94.
Keterampilan generik sains yang kedua yaitu pada indikator hukum sebab akibat.Pada indikator tersebut, keterampilan generik sains siswa kelompok tinggi memperoleh nilai rata-rata 85 dengan predikat amat baik.Kelompok sedang memperoleh nilai rata-rata 77 dengan predikat baik, sedangkan kelompok rendah memperoleh nilai rata-rata 70 dengan predikat baik.
Pada test keterampilan generik sains indikator hukum sebab akibat, siswa dituntut untuk menjelaskan perbedaan titik didih dan titik beku suatu larutan elektrolit dan non-elektrolit. Siswa kelompok tinggi lebih berhasil dalam menjawab soal-soal indikator ini. Hal tersebut karena pengetahuan siswa kelompok tinggi yang lebih baik dari kelompok sedang ataupun kelompok bawah.
Pencapaian hasil belajar pada indikator hukum sebab akibat jauh lebih kecil dari indikator pengamatan tak langsung. Hal tersebut karena indikator ini menuntut siswa untuk berpikir lebih keras dalam menemukan suatu masalah yang ada untuk kemudian dicari solusi mengenai permasalahan tersebut bersama-sama. Dengan demikian, hanya siswa kelompok tinggi yang cenderung mampu mengatasinya. Wasilah dkk. (dalam Puspitasari dan Permanasari, 2012:8) mengemukakan bahwa meskipun siswa mampu memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, namun siswa belum mampu mengembangkan keterampilan untuk mentransfer pemahaman yang dimilikinya dalam memecahkan suatu masalah. Hal ini karena siswa perlu mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kedalam konteks kehidupan sehari-hari.
Keterampilan generik sains yang ketiga yaitu menggunakan bahasa simbolik. Pada indikator ini keterampilan generik kelompok tinggi memperoleh nilai rata-rata 94 dengan predikat sangat baik, sedangkan kelompok sedang memperoleh nilai rata-rata 90 dengan predikat sangat baik.Adapun kelompok bawah memperoleh nilai 100 dengan predikat sangat baik.Secara keseluruhan, indikator penguasaan bahasa simbolik dapat dipahami oleh sebagian besar siswa. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata indikator ini yang mencapai nilai rata-rata 93. Pada test keterampilan bahasa simbolik, siswa dituntut untuk menentukan larutan yang memiliki titik beku yang tertinggi hingga yang terendah.
Berdasarkan data tersebut, kelompok bawah memiliki nilai rata-rata lebih besar dari kelompok sedang dan kelompok tinggi. Hal ini disebabkan karena kelompok rendah lebih antusias dalam melakukan praktikum, terbukti dari nilai LKS yang tinggi pada kelompok rendah pada tahap mengamati. Dengan demikian, pemahaman yang didapat dari praktikum oleh kelompok rendah tidak mudah hilang dan mampu diterapkan ke pemahaman yang lain. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Rustaman (2005:78) yang menyatakan bahwa belajar dengan pengamatan melalui praktikum siswa akan menjadi lebih yakin akan suatu hal dari pada hanya menerima dari buku dan guru, menambah pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
Test keterampilan generik terakhir yang diukur adalah keterampilan pemodelan matematik. Pada test keterampilan ini siswa dituntut agar mampu menggunakan pemodelan matematik yang berupa rumus-rumus dalam menentukan suatu kepastian dari suatu fenomena. Berdasarkan hasil test keterampilan pemodelan matematik, siswa kelompok tinggi mendapatkan nilai rata-rata yang tertinggi dari kelompok rendah dan sedang. Sementara kelompok rendah memiliki nilai rata-rata yang lebih baik dari kelompok sedang. Hal ini terjadi karena kelompok sedang cenderung jenuh dalam menghadapi soal-soal yang berhubungan dengan rumus matematik, sehingga dalam mengerjakan soal test keterampilan pemodelan matematik siswa mengerjakannya secara tidak maksimal. Berbeda dengan kelompok bawah,  kelompok bawah sudah termotivasi dari kegiatan awal. Secara tidak langsung, tahapan kegiatan pembelajaran inkuiri modle Silver mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep sifat koligatif larutan. Hal yang tadinya siswa cenderung disajikan dengan perhitungan-perhitungan, tetapi dengan pembelajaran inkuiri model Silver siswa diarahkan bagaimana cara mengemukakan mengapa terjadi kenaikan titik didih dan penurunan titik beku serta bagaimana menghitung kenaikan titik didih dan penurunan titik beku berdasarkan praktikum yang telah mereka lakukan. Dengan demikian siswa tidak lantas menganggap pembelajarn kimia itu cenderung sulit, karena sudah terlebih dahulu diarahkan ke pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dan terhindar dari kejenuhan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wardani (2007:195) yang menyatakan bahwa penggunaan pembelajaran inkuiri Silver lebih mengembangkan kemampuan kreativitas dan pemecahan masalah matematika pada siswa kelompok yang kurang.
Berdasarkan penjelasan hasil keterampilan generik sains siswa setelah pembelajaran dapat disimpulkan bahwa indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah indikator  bahasa simbolik dan yang memiliki nilai terendah adalah indikator pemodelan matematik. Hal tersebut terjadi karena ranah kognitif pada indikator setiap soal memiliki kesukaran yang berbeda. Pada Indikator pemodelan matematik siswa memiliki nilai rata-rata terendah sedangkan indikator bahasa simbolik siswa memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal tersebut terjadi karena tingkatan ranah kognitif dari indikator yang digunakan dalam soal berbeda. Pada soal indikator pemodelan matematik, indikator yang digunakan adalah indikator penerapan/aplikasi dengan dimensi pengetahuan prosedural sehingga siswa lebih dituntut untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki berupa penyelesaian soal-soal perhitungan. Sedangkan untuk indikator bahasa simbolik indikator yang digunakan adalah indikator penerapan dengan dimensi konseptual sehingga siswa hanya dituntut untuk dapat menggunakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip serta teori yang telah siswa ketahui (Anderson & Krathwohl 2001, dalam Wulan 2009:2-7)
D.           KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian dan  pembahasan mengenai penerapan pembelajaran inkuiri midel Silver terhadap konsep sifat koligatif larutan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa, dapat disimpulkan bahwa keterampilan genereik sains siswa setelah pembelajaran inkuiri model Silver berdasarkan kelompok prestasi termasuk sangat baik dengan nilai 84. Keterampilan generik sains yang memperoleh nilai tertinggi adalah indikator bahasa simbolik dan yang terendah adalah indikator pemodelan matematik.

DAFTAR PUSTAKA
Ana Ratna Wulan, 2009. Taksonomi Bloom Revisi. Bandung: PMIPA UPI
Brotosiswoyo, B.S., dkk.. 2001. Hakekat pembelajaran MIPA di perguruan tinggi. Jakarta: PAU-PPAI
Liliasari, et.al. 2007. Scientific Concept and Generic Science Skill Relationship in the 21st Century Science Education. Bandung: SPS UPI
Onder & Geban. 2006. ThE Effect of Conceptual Change Texts oriented Intruction on Student’s Understanding of The Solubility Equilibrium Concept. Ankara: Haccetepe Universitesi Journal of Education. Vol.30. 166-177.
Pursitasari, Permanasari  (2012). Analisis Pemahaman Konsep Dan Kesulitan Mahasiswa Untuk Pengembangan Program Perkuliahan Dasar-Dasar Kimia Analitik Berbasis Problem Solving. Jurnal Pendidikan IPA. http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii.
Sunyono, 2009. Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains. Lampung: FKIP UNLA
Wardani, S. 2009. Pembelajaran Inkuri Model Silver untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Desertasi UPI: Tidak diterbitkan.