Pages

Senin, 19 Desember 2011

Proposal Penelitian


Proposal Penelitian

“Penerapan Pembelajaran Inkuiri Model Silver Untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains siswa pada konsep Sifat Koligatif Larutan ”
(Penelitian kelas terhadap siswa kelas XII IPA SMAN 1 Marga Asih Kabupaten Bandung)







Oleh :
Samadin
208 204 141

PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011 M / 1433 H

Senin, 12 Desember 2011

state in my FB

saking luar biasanya Cinta dan Impian, membuat aku tak bisa mendefinisikannya. walau hal itu sederhana...!!!
kemarin membuaT akU semakin mampU mengUbur ms LaLu, dan berjuang membangun b'sama Dia yg baru demi ms depan yg tLah nampak d depan maTa.
ingin aku menjaganya, bukan malah menjadi orang yang akan merusaknya.
ingin aku memeluknya untuk aku lindungi, bukan untuk aku sakiti.
ingin aku merindukannya agar hati ini senantiasa istiqomah, tp bukan untuk mengkikis rasa sayangku padanya. ingin aku memastikannya bahwa aku orang yang tepat untuk ia cintai.
melupakan dengan mudah adalah hadiah, but I can't.
selalu ada alasan disetiap kegagalan. dan kadang terdapat kesombongan disela keberhasilan...!!!
kesabaran itu tidak ada batasnya. sekalipun ada, hanya kemenanganLah batas sebenarnya...!!!
aku tak akan memaksa hati ini, dan takan mungkin untuk di paksakan jg rasa ini.
jika memang realitanya sudah seperti ini. apalagi dengan, kondisi, situasi dan teman-teman yang tidak memungkinkan.!!! BiarLah Allah s.w.t yang mengatur. ke mana Allah s.w.t mengarahkan hati ini, insya allah aku akan mengikuti. !
bila mendengar saja terasa menggugah niat, melihat sesuatu yang indah pastilah amat menyenangkan hati.  tp merasakannya mungkin akan menjadi bermakna !!!
aku tak akan pernah membencimu dan mlakukan hal-hal yang membuat dirimu celaka..!!
banyak hal yang orang gtw tentang aku, termasuk orang-orang yang pernah menjadi kekasihku. terlepas dari penilaian mereka tentang aku, aku tidak pernah merasa lebih baik dari mereka. bahkan aku merasa bodoh saat mereka memujiku dan akupun merasa sombong saat orang lain mencela aku. tapi aku selalu mencoba berfikir positif saat orang lain berbuat tidak adil padaku.....!!!!
terus bertahan dari perkataan yang menyakitkan, kadang terasa nikmat itu...!!!
melihat senyummu. mendengar tawamu. merasakan kebahagiaanmu. adakah hal lain yang membuat diriku ceria selain itu,,,,,???
saat-saat terindah memang hanya bersama dirimu, senyummu yang indah, candamu yang lucu, n wajahmu yang ayu n imutz bangetz.... membuat aku semakin sayang kamu..!!! .
ketika aku melihat sang fajar menyinari pagi yang segar, perlahan aku terbangun dari nyenyaknya tidur yang terbalut mimpi indah. dengan semangat yang ada ku coba bulatkan tekad untuk menggapai citaku hari itu,
sesungguhnya aku ingin menjadikan dirimu satu-satunya orang yang selalu ada di dalam hatiku.dan berharap kaupun seperti itu, agar aku nyaman melindungimu, menjagamu dan memberikan yang terbaik yang aku mampu...!!!
AstagfiruLLah ini nyamUk, ky org berebuT sembako ajj.. padahaL kn gw g pnya sembako bwt d bagi'n... haRus'y Lo nyamUk minTa'y k pemimpin yg korUp aj sana...kn mereka jaUh LebiH gemUk dr pd gUe... Atw krn gUe caLon pnghuni syurga, jd Lo nyamUk ingin ikUt" guE gt..ha,ha,ha.
Derita cintakU smakn jeLas manakaLa akU bknLh rahasia dirikU.. Dan mMbiarkn aku mMaksa tUk dicintai n dimiLiki'y. Smoga Q mNcintai'y dgn cinTa yg tULus n ikhLas. CukupLah akU mLihaT snyUmMu sj, sbg tanDa bhwA dirimU bhagia...!!
mgkn g ad yg paling b'arti slain kbahagiaan....dan orang yg bhagia pasti pernah mrzakan duka.. krn kedua'y mrupakan perbandingan.!!!! ad yg pnya option b'beda.?


Minggu, 11 Desember 2011

Keterampilan Proses Sains (KPS)

       Gagne menyatakan keterampilan proses sains adalah kemampuan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual yang khas yang digunakan oleh semua ilmuan, serta dapat digunakan untuk memahami fenomena apapun juga (Dahar, 1996).
       Keterampilan proses sains terdiri dari sejumlah indikator yang menggambarkan proses memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki. Menurut Dahar indikator keterampilan proses sains terdiri dari mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan (Hermita, 2008).
       Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains meliputi observasi (menghitung, mengukur, mengklasifikasi), mencari hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, interpretasi, menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan (Hermita, 2008). Peter C. Gega (1977)  menyebutkan ada enam aspek keterampilan proses, meliputi: observasi, klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap suatu pengamatan, melakukan eksperimen ( Hermita, 2008).
       Berikut ini klasifikasi  keterampilan proses sains:
Tabel 1 Jenis-jenis keterampilan proses dan karakteristiknya
NO.
KETERAMPILAN PROSES SAINS
KARAKTERISTIKNYA
1
Melakukan pengamatan ( observasi )
v  Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek
v  Mencocokan gambar dengan uraian tulisan atau gambar/benda
v  Menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba
v  Menggunakan fakta yang relevan dan memadai



NO
KETERAMPILAN PROSES SAINS
KARAKTERISTIKNYA
2
Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
v  Mencatat hasil pengamatan
v  Menghubung-hubungkan hasil pengamatan
v  Menemukan pola atau keteraturan dari suatu seri pengamatan
v  Menyimpulkan
3
Mengelompokan (klasifikasi)
v  Mencari perbedaan
v  Mengkontraskan ciri-ciri
v  Mencari kesamaan
v  Membandingkan
v  Mencari dasar penggolongan
4
Meramalkan (prediksi)
v  Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada
5
Berkomunikasi
v  Membaca grafik, tabel, atau diagram
v  Menjelaskan hasil percobaan
v  Menyusun dan menyampaikan laporan sistematis dan jelas
6
Berhipotesis
v  Menyatakan hubungan antara dua variabel atau memperkirakan penyebab terjadinya sesuatu
7
Merencanakan percobaan
v  Menentukan alat dan bahan
v  Menentukan variabel atau perubah
v  Menentukan variabel kontrol dan variabel bebas
v  Menentukian apa yangg diamati, diukur, atau ditulis
v  Menentukan cara dan lanngkah kerja
v  Menentukan cara mengolah data
NO.
KETERAMPILAN PROSES SAINS
KARAKTERISTIKNYA
8
Menerapkan konsep
v  Menjelaskan suatu peristiwa dengan menggunakan konsep yang sudah dimiliki
v  Menerapkan konsep yang baru yang telah dipelajari dalam situasi yang baru
9
Mengajukan pertanyaan
v  Meminta penjelasan mengenai apa, bagaimana, dan mengapa
v  Bertanya untuk meminta penjelasan
v  Pertanyaan yang dilakukan dapat meminta penjelasan tentang apa, bagaimana dan mengapa ataupun menanyakan latar belakang hipotesis
10
Menggunakan alat dan bahan
v  Mengetahui mengapa menggunakan alat dan bahan
v  Mengetahui bgaimana menggunakan alat dan bahan
Rustaman, (2003).

Keterampilan Generik Sains (KGS)

       Keterampilan generik sain adalah kemampuan dasar yang dapat ditumbuhkan ketika peserta didik menjalani proses belajar ilmu kimia yang bermanfaat sebagai bekal meniti karir dalam bidang yang lebih luas (Suyanti,2006). Berdasarkan aspek keterampilan generik sain yang dikemukakan oleh Brotosiswoyo (2001), KGS yang dikembangkan dalam penelitian mencakup:
a.         Melakukan pengamatan tak langsung
              Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan energi. Ada gejala yang dapat diamati secara langssung seperti perubahan warna suatu zat. Namun banyak sekali yang tidak dapat diamati secara langsunng. Oleh karena itu diprlukan suatu peralatan atau suatu sifat yang menentukan atau meenunjukan suatu gejala. Misal untuk menentukan titik didih atau titik beku diperlukan alat bantu berupa termometer.
b.        Menggunakan habasa simbolik
              Simbol yang digunakan sebagai lambang tiap unsur bersifat internasional, artinya siapapun yang berkecimpunng dalam kimia harus menggunakan simbol yang sama. Bahasa simbol harus dimaknai fisis/pengertiannya dengan benar.
c.         Menjelaskan hukum sebab akibat
              Kemampuan untuk memahami dan menggunakan hukum sebab akibat misalnya pada topik pergeseran kesetimbangan.
d.        Menerapkan dan menyusun pemodelan matematik
              Dalam mempelajari ilmu kimia, beberapa materi harus dipelajari secara abstrak. Hal ini merupakan kesulitan bagi siswa, sehingga dituntut kemampuan untuk model matematik.
e.         Membangun konsep
              Tidak semua gejala alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari. Kadang-kadang harus dibangun sebuah konsep atau pengertian baru yang tidak ada padanannya dengan pengertian-pengertian yang sudah ada.

Pembelajaran Inkuri Model Silver


I.        Pendahuluan
Ilmu kimia adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA)  yang memiliki konsep-konsep yang bersifat abstrak. Beberapa peneliti mengidentifikasikan bahwa ilmu kimia dianggap sebagai subjek abstrak dan sulit untuk dipelajari oleh banyak siswa ( nieswandt, et. al. Dalam Onder & Geban, 2006:166). Adanya alasan sulitnya konsep kimia adalah kurangnya pemahaman konsep kimia secara utuh. Padahal dalam tujuan pengajaran kimia adalah untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep. Maka dari itu, pentingnya menemukan pembelajaran kimia yang dapat mendukung belajar bermakna ( Onder & Geban, 2006:166).
Pembelajaran di Indonesia umumnya menuntut siswa untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini menyebabkan munculnya kejenuhan siswa dalam belajar kimia. Dengan demikian belajar seperti itu menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan konsep-konsp kimia  dalam kegiatan sehari-harinya, apalagi memiliki kompetensi yang diharapkan dalam standar isi KTSP ( BSNP, 2006).
Untuk mencapai paradigma baru dalam belajar kimia, yaitu memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk menguasai kimia dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan kimia tersebut ( Gallanger dalam Liliasari, 2007). Agar siswa dapat menggunakan pengetahuan kimianya mereka perlu belajar berpikir kimia. Hal ini menyebabkan pembelajaran kimia di Indonesia perlu diperbaharui modusnya agar dapat membekali setiap siswa dengan keterampilan berpikir dari mempelajari kimia menjadi berpikir melalui kimia, dan ditingkatkan lagi menjadi berpikir kimia. Dengan demikian tujuan utama dari belajar kimia  adalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan kemampuan kimia yang dimilikinya, atau lebih dikenal sebagai keterampilan generik kimia ( Liliasari, dkk. 2007).
Untuk dapat meningkatkan kemampuan tersebut, suatu model ataupun pendekatan baru perlu diterapkan agar pembelajaran kimia menjadi lebih menarik dan mudah untuk dipahami. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran inquiri Silver. Model pembelajaran inquiri silver ini mampu meningkatkan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan keterampilan generik yang ia miliki. Pembelajaran inkuiri model Silver ini, dimulai dengan memberikan situasi yang berkaitan dengan dunia nyata atau permasalahan yang menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, siswa melakukan pengamatan secara individu (jika belajar klasial), atau kelompok (jika belajar dalam grup), terhadap permasalahan yang diberikan.
Wardani (2009, h.195) menemukan bahwa penggunaan pembelajaran inkuiri Silver Grup lebih mengembangkan kemampuan kreativitas dan pemecahan masalah matematika pada siswa kelompok yang kurang. Dalam hal ini penulis ingin menerapkan pembelajaran inkuiri silver grup pada mata pelajaran kimia di SMA untuk meneliti pengembangan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan inkuiri silver grup dibandingkan dengan inkuiri model lain.
Salah satu konsep kimia adalah sifat koligatif larutan, satandar kompetensi yang harus dicapai dalam materi ini adalah memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan non-elektrolit, dengan kompetensi dasar yaitu menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, tekanan osmotik dan membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dengan larutan non-elektrolit yang konsentrasinya sama berdasarkan hasil percobaan. sifat koligatif larutan merupakan konsep yang bersifat abstrak sehingga untuk memahaminya dibutuhkan pemahaman-pemahaman prasyarat. Sehingga sebagian besar siswa sulit dalam mempelajari sifat koligatif larutan. Hal ini disebabkan karena siswa harus memiliki kemampuan prasyarat yang banyak sebelum mempelajari materi ini, dan kurangnya siswa dalam mengolah informasi mengenai konsep yang telah mereka dapat.
Dari uraian tersebut, maka penulis dalam hal ini merasa perlu dilakukannya penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Inquiri model Silver untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains siswa pada sub materi Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku Larutan Elektrolit”.


II. Pembelajaran Inquiri model silver

       Pembelajaan inkuiri model Silver adalah pembelajaran yang meliputi tugas dan aktivitas pemecahan masalah (problem solving) dan pengajuan masalah (problem posing) (wardani, 2009).
a.    Problem Posing.
       Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem” artinya masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya mengajukan (Echols dan Shadily, 1995: 439 dan 448).
       Problem posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, problem posing ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit. Kedua, problem posing ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (Silver & Cai, 1996:294). Ketiga, problem posing ialah perumusan soal dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian suatu soal (Silver & Cai, 1996:523).
       Sedangkan menurut Silver (1996) bahwa dalam pustaka pendidikan matematika, problem posing mempunyai tiga pengertian, yaitu: pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving). Kedua, problem adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan). Ketiga, problem  posing  adalah  merumuskan  atau  membuat  soal  dari  situasi  yang diberikan.
       Menurut Aurebach (Sarah Nixon, 1996 : 2) problem posing memiliki 5 tahapan yaitu : 1). Pemberian masalah, 2). menggambarkan atau menjabarkan masalah, 3) menemukan masalah, 4) Mendiskusikan masalah dan 5) diskusi alternatif.
b.    Problem Solving.
       Secara bahasa, problem dan solving berasal dari bahasa Inggris. Problem artinya masalah, sementara solving (kata dasarnya to solve) bermakna pemecahan. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving yaitu:
1.        Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.        Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.        Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penedekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses  berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.( Mufida.com. 2010: 1).
       Solusi soal pemecahan masalah dapat diperoleh melalui beberapa tahapan- tahapan atau langkah-langkah.  Polya (1981). mengemukakan bahwa solusi soal pemecahan masalah memuat empat tahapan atau langkah penyelesaian yaitu: 1) memahami masalah (understanding the problem), 2) membuat rencana pemecahan (divising a plan), 3) melakukan perhitungan (carrying out the plan), dan 4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back). Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.
       Pembelajaran inkuiri mempunyai kekuatan dan kelemahan. Dari pendapat beberapa ahli dapat dikemukakan kekuatan dan kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
a Dapat mengembangkan seluas-luasnya cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan/memproses keterangan.
b.  Dapat  melatih  anak  untuk  belajar  sendiri  dengan  positif  sehingga  dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
       Sedangkan kelemahan pembelajaran inkuiri adalah:
a.    Tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan inkuiri, terutama siswa berkemampuan kurang.
b.    Relatif lebih banyak membutuhkan waktu.
       Walaupun mempunyai kelemahan, namun kelemahan dalam pembelajaran inkuiri ini dapat diatasi dengan mengkondisikan kelas menjadi kelompok- kelompok kecil. Dengan membuat kelompok yang kooperatif diharapkan pembelajaran lebih efektif. Siswa berkemampuan kurang dapat dibantu oleh siswa lain dalam kelompoknya yang berkemampuan baik atau cukup



III.      Aplikasi dan Pembahasan
       Silver (1994) mengemukakan bahwa pengajuan masalah dan pemecahan masalah penting dalam disiplin matematika dan hakekat dari cara berpikir matematika, karena dalam suatu kegiatan pengajuan masalah siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengidentifikasi situasi masalah yang ada dan memunculkan permasalahan yang baru atau kombinasi dari masalah yang sudah ada. Sedangkan melalui kegiatan pemecahan masalah, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang tingkatannya lebih tinggi. Kemampuan ini akan diperoleh, jika siswa dapatmenyelesaikan permasalahan yang tidak rutin yang memuat tuntutan berbagai kemampuan berpikir termasuk yang tingkatannya lebih tinggi Pembelajaran inkuiri model Silver diawali dengan memberikan situasi yang berkaitan dengan dunia nyata atau permasalahan yang menimbulkan keingintahuan siswa. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, siswa melakukan pengamatan secara individu (jika belajar klasikal) atau kelompok (jika belajar dalam grup) terhadap permasalahan yang diberikan. Dari hasil pengamatan Wardani (2009), siswa dituntut mengajukan permasalahan atau pertanyaan dari masalah yang ada dan berbagi dengan temannya. Selanjutnya mereka dapat memberikan jawaban sementara dari permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh guru atau siswa. Siswa saling berdiskusi dan mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban dan menguji jawaban yang benar. Dalam kegiatan ini siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara. Setelah menyelesaikan suatu masalah, siswa atau guru dapat mengajukan kembali suatu masalah baru dari masalah yang ada. Siswa dapat menggali lebih dalam permasalahan baru yang muncul, kemudian menyelesaikannya. Demikian seterusnya sampai siswa dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dalam mengembangkan kemampuan pemahaman dan pelaran logis matematiknya.
       Wardani (2009, h.11) menyatakan bahwa untuk melihat kekuatan pembelajaran inkuiri model Silver, pelaksanaan pembelajaran ini dapat diberikan pada dua kelompok siswa yaitu kelompok siswa yang belajar secara grup (kelompok kecil kooperatif antara 4-5 siswa), dan kelompok siswa yang belajar secara klasikal. Ruseffendi (1991, h.334) menyatakan bahwa belajar dengan inkuiri dapat dilakukan dengan kelompok atau sendiri-sendiri. Selain itu beberapa karakteristik pembelajaran inkuiri model Silver, seperti melakukan eksplorasi, beraktivitas pengajuan masalah dan pemecahan masalah dapat dilakukan dan lebih dipahami jika belajar secara grup/kelompok.
   Berikut ini aplikasi penerapan pembelajaran inkuiri nmodel silver dalam kegiatan belajar mengajar:
Indikator Silabus
Indikator KGS
Langkah pembelajaran Inkuiri model Silver

Melakukan pengamatan tak langsung
Siswa diberikan permasalahan awal terkait tentang materi yang akan dipelajari berupa wacana.
(Kegiatan pengamatan)
§ Mengamati penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan
§ Mengamati kenaikan titik didih suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan
Melakukan pengamatan langsung
Siswa melakukan pengamatan dan pengumpulan data serta informasi baru untuk kemudian di analisa.
(Pengajuan masalah/ perumusan masalah)/ Problem Possing
§ Menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Roulth) dan larutan elektrolit
Membangun konsep
Siswa memahami permasalahan yang diberikan untuk kemudia mencari solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut.
(Problem solving)
Indikator Silabus
Indikator KGS
Langkah pembelajaran Inkuiri model Silver
§ Menghitung penurunan  titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data percobaan
§ Menghitung kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data percobaan
Menerapkan dan menyusun Pemodelan matematik

Siswa melakukan perhitungan terhadap permasalahan yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan perhitungan matematik.
(Menguji jawaban)
§ Menganalisis diagram PT untuk menafsirkan penurunan  tekanan uap, penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan


Menggunakan bahasa simbolik
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan diskusi terhadap masalah lain serta solusi-solusi yang telah mereka dapatkan.
(Diskusi)



Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktik. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Brady. James E., (1999). Kimia Universitas, Asas dan Struktur. Edisi kelima jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara
Brotosiswoyo, B.S., dkk.. (2001). Hakekat pembelajaran MIPA di perguruan tinggi, jakarta:PAU-PPAI
Depdiknas. 2010. Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah
Joyce, B., & Weil, M. (1980). Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Liliasari, et.al. (2007). Scientific Concept and Generic Science Skill Relationship in the 21st Century Science Education. Bandung: SPS UPI
Onder & Geban. 2006. ThE Effect of Conceptual Change Texts oriented Intruction on Student’s Understanding of The Solubility Equilibrium Concept. Ankara: Haccetepe Universitesi Journal of Education. Vol.30. 166-177.
Polya, G. (1981). Mathematical discovery on understanding, learning, and teaching problem solving. New York: John Wiley & Sons.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Silver, E.A. (1994). On Mathematical Problem Posing. For The Learning of Mathematics. 14. No 1.
Suherman, E dkk.. (2001). Startegi Pembelajaran Matematika Komtemporer. JICA. UPI Bandung.
Wardani, S. (2009). Pembelajaran Inkuri Model Silver untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Desertasi UPI: Tidak diterbitkan.